Rabu, 26 September 2012

SUAMI SEMPURNA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

     Alhamdulillah senang sekali rasanya bisa punya blog sendiri. Fitri harus berterima kasih sama Icha yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari Fitri cara membuat blog. Kesannya Fitri ketinggalan jaman banget ya, baru punya blog sekarang. But, anyway tidak ada kata terlambat untuk mencari ilmu ^^
       Untuk posting pertama kali ini, Fitri mencoba untuk mengulas novel yang menurut Fitri bisa dijadikan bahan bacaan yang oke punya karena novel ini Insya Allah jelas sarat akan hikmah dan makna.
      



         Novel ini bejudul Suami Sempurna Novel ini yang merupakan kumpulan kisah perempuan dan rumah tangga, dikarang oleh Ibu Nurul F. Huda. Sejujurnya Fitri belum mengenal Beliau sebelumnya (melalui karya-karyanya tentunya) tetapi Alhamdulillah Allah SWT  akhirnya mempertemukan kami walaupun kini beliau telah kembali ke Robbul Izzati (Semoga Allah SWT menerima segala amal dan Ibadah Beliau,Aamiin). Oh ya, novel ini juga merupakan karya terakhir Beliau T T
          Kembali ke topik semula. Novel ini tidak hanya mengulas cerita-cerita indahnya akan romantisme cinta yang selalu digemari oleh anak-anak remaja ataupun para gadis seusia saya (karena belum nikah soalnya,heheheh). Akan tetapi, novel ini telah memberikan banyak gambaran kepada saya bahwa sebuah pernikahan memang mutlak menyatukan dua kepala manusia yang saling memiliki berbagai ide,gagasan,keinginan,kepribadian, budaya yang berbeda. Nah yang susah itu adalah menyatukan,saling memahami,saling legawa, saling menasehati, saling mengalah, saling mendukung apabila salah satu pasangan sedang berada pada permasalahan bahkan titik jenuhnya.
           Fitri mencoba untuk mengulas beberapa kisah menarik (menurut versi Fitri tentunya,hehehehe). Kisah pertama bercerita tentang seorang ayah dengan jabatan sebagai seorang direktur utama dan memiliki kekayaan yang luar biasa daripada orang pada umumnya. Akan tetapi semua itu tidak lantas menjadikan Dia sebagai seorang suami dan ayah yang baik bagi istri dan anak-anaknya. Bahkan dia merasa ASING dan SALAH TINGKAH jika harus bertemu dengan anak-anaknya. Istrinya telah sering mengingatkan Dia agar mengubah sikapnya. Akan tetapi Dia beralasan bahwa Dia telah bekerja demi keluarga dan memenuhi segala macam kebutuhan yang tentu saja sangat banyak jadi apakah dia masih wajib untuk memberikan perhatian dan mendidik anak-anak. Dia mengatakan bahwa urusan anak-anak itu ribet dan ada-ada saja sehingga membuatnya pusing. Karena tidak tahan dengan suaminya yang tidak bisa diajak berdiskusi untuk mengubah sikap akhirnya sang Istri meninggalkan surat kepadanya yang berisikan bahwa Dia pergi dari rumah. Alhasil, sang suamilah yang harus mengurus anak-anak mereka (walaupun telah ada pembantu). Walaupun pada awalnya anak-anak mereka marah dan bertanya dimanakah ibu mereka dan sang suami menerima segala tingkah laku anak-anaknya yang tidak mengacuhkannya karena selama ini mereka tidak pernah berkomunikasi tetapi dengan perlahan dan susah payah sang suami telah berusaha untuk lebih dekat kepada anak-anak. Hikmah yang diambil dari kisah ini menurut Fitri yaitu tugas mendidik dan mengasuh anak tidak hanya kewajiban seorang istri. Memang, pendidik utama anak-anak adalah seorang ibu (maka seharusnya seorang ibu mempunyai lebih banyak waktu di rumah) akan tetapi suami pun perlu membangun yang dinamakan ikatan antara ayah dan anak dan terciptanya ikatan itu sungguh tidaklah mudah. Apalagi secara genetik dan naluri seorang laki-laki tidak dianugerahi oleh Allah SWT sifat "ngemong" dan keibuan jika dibandingkan dengan yang dimiliki seorang ibu. Jadi antara suami dan istri sangat perlu untuk saling berkomunikasi dan memberikan saran  ilmu dan pendidikan apakah yang perlu diberikan kepada anak-anak mereka. Dua kepala lebih baik daripada satu kepala kan. Apalagi seorang laki-laki terkenal akan logikanya bukan perasaannya jadi bisa melengkapi yang katanya wanita lebih mengedepankan perasaannya.
            Kisah selanjutnya ada seorang menantu yang merasa bahwa dirinya telah "dikecewakan" oleh mertuanya karena dianggap kurang bisa memberikan materi kepada istrinya. Sang mertua selalu membandingkan dirinya dengan kakak iparnya yang dari tingkat pendidikan dan pekerjaan jauh lebih sukses dibandingkan dengannya. Akan tetapi,kakak ipar tersebut sama sekali tidak mendukung sikap mertuanya karena selain dia sukses materi tetapi dia juga dianugerahi oleh Allah SWT iman dan ketaqwaan yang baik. Jadilah si kakak ipar berusaha untuk menyadarkan si mertua bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari materi saja. Tentu saja si istri juga mendukung dan menguatkannya untuk tetap berusaha mencari rezeki dengan mendapatkan berkah dari Allah SWT.
              Nah, itulah tadi dua kisah dari lima belas kisah yang ada di novel ini. masih banyak kisah inspiratif lainnya yang Insya Allah dipersembahkan oleh penulis untuk para penikmat buku khususnya penikmat buku-buku parenting dan rumah tangga.
                Semoga bermanfaat teman-teman ^^

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar